SEJARAH SMPN 9 YOGYAKARTA

Rabu, 05 Januari 2011

|


Pada Tahun 1957, POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta hasil musyawarah di Balai Harsono Kepatihan, menjalin komunikasi dengan Pemerintah Kota Madya Yogyakarta dan dengan Pemerintah Propinsi DIY untuk meminta bantuan tanah guna pembangunan gedung filial SMP Negeri 4 Yogyakarta. Prioritas lokasi yang dicari adalah daerah di pinggiran kota, dengan pertimbangan bahwa sekolah-sekolah negeri, khususnya SMP yang telah ada ketika itu, umumnya berada di dalam kota.
Respon Pemerintah Daerah ternyata cukup baik dan menawarkan beberapa alternatif yang dapat dijadikan lokasi pembangunan gedung sekolah filial SMP Negeri 4 Yogyakarta. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya disepakati untuk memilih tanah bekas Stasiun Basen di Tinalan Kotagede. Kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian hak penggunaan atas tanah yang disepakati antara POMG SMP Negeri 4 dengan Pemerintah Daerah Propinsi DIY., yang tertuang dalam Surat Perjanjian Nomor : 2/S/Tahun 1958, tanggal 20 Februari 1958. Isi perjanjian tersebut antara lain menyebutkan bahwa tanah seluas 3.500 meter persegi disewa dengan harga Rp. 1.400,- per tahun.
Atas izin Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 1957, POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta memulai pembangunan 4 ruang kelas di SMP Negeri 4 Jalan Pogung dan dua ruang kelas di Basen Kotagede sebagai SMP Filialnya.
Pada tahun 1958, dimulailah Kegiatan Belajar Mengajar di “SMP Basen” di bawah bendera SMP Negeri 4 Yogyakarta.
Berkat usaha keras POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta dan masyarakat umum, maka pada tahun 1960 berhasil membangun delapan ruang kelas baru, sehingga SMP Filial di Basen memiliki sepuluh ruang kelas. Pada saat itu, Kamil Pranowo sebagai Wakil Kepala SMP Negeri 4 yang diserahi tugas mengelola SMP Filial di Basen. Kamil Pranowo sendiri sangat gigih dalam berusaha mengembangkan sekolah tersebut, dengan dilandaskan pada motto “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat.”
Pada tahun 1960 ditetapkan sebagai SMP Negeri 9 Yogyakarta, karena dipandang telah dapat mandiri dan telah memenuhi syarat untuk menjadi sekolah negeri.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka tanggal 1 Agustus 1960 sekaligus sebagai awalnya dimulai tahun ajaran baru, secara resmi ditetapkan sebagai tanggal kelahiran SMP Negeri 9 Yogyakarta. Penetapan ini kemudian dikuatkan dengan terbitnya Surat Keputusan Nomor: 352 / Sk. / B / III Tanggal 25 Oktober 1960 dan Kamil Pranowo secara resmi diangkat menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta yang pertama.

B. Perkembangan SMP Negeri 9 Yogyakarta periode tahun 1960 -1980
Pada saat secara resmi melepaskan diri dari induknya SMP Negeri 4 Yogyakarta tanggal 1 Agustus 1960, SMP Negeri 9 Yogyakarta telah memiliki 10 kelas (10 rombongan belajar) dengan formasi 4,3,3, dengan 16 orang guru tetap dan 3 orang pegawai Tata Usaha. Tenaga-tenaga tersebut semuanya berasal dari SMP Negeri 4 Yogyakarta. Namun POMG SMP Negeri 9 Yogyakarta baru terbentuk pada tahun 1962, dengan Ketua pertama dipercayakan kepada R.S.S. Dewosusanto.
Sampai tahun 1970, SMP Negeri 9 Yogyakarta belum memiliki ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang TU, sehingga terpaksa menggunakan emperan kelas untuk ruang kantor. Kamil Pranowo selaku Kepala Sekolah selama periode 1960-1970, belum sempat membangun kantor Kepala Sekolah, guru dan TU, sampai beliau dialihtugaskan ke Kabin PMUP DIY sebagai Kapala Seksi Ujian/Materiil/Dokumentasi. Kemudian R. Bambang Suharto, Kepala Sekolah SMP Negeri Imogiri, ditunjuk sebagai pengganti Kamil Pranowo menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Perjuangan terus berlanjut dan sekolah terus berkembang di segala aspek. Namun pada tahun 1974, Kepala Sekolah R. Bambang Suharto, B.A, dipindahkan tugasnya menjadi Kepala SMP Negeri 7 Tegalrejo Yogyakarta (filial SMP Negeri 3 Yogyakarta). Sebagai penggantinya, diangkat J.B. Sukarsono, Kepala SMP Negeri Gondowulung, menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Melihat animo masyarakat yang tinggi untuk memasuki SMP, maka pada tahun 1977 Pemerintah membuka sekolah baru yaitu SMP Negeri 10 Yogyakarta di Nitikan Umbulharjo yang manginduk di SMP Negeri 9 Yogyakarta. Pada tahun 1978, J.B. Sukarsono, Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta, dipindah tugas menjadi Kepala SMP Negeri 10 Yogyakarta dan Mukiman, B.Sc (Kepala SMP Negeri Imogiri), diserahi tugas menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Pada era kepemimpinan Mukiman, B.S.c dan Ketua BP3 SMP Negeri 9 Yogyakarta R. Suwarno (waktu itu juga menjabat Lurah Desa Banguntapan) yang menggantikan dr. H. Moh Ali Wafa, dimulailah pembangunan gedung berlantai 2 yaitu ruang untuk Aula dan ruang bawah untuk ruang Guru, ruang TU, dan ruang Kepala Sekolah.
Satu hal yang patut dicatat pula bahwa pada era Kepala Sekolah Mukiman, B.Sc., terjadi peningkatan pula prestasi dalam bidang seni dan olahraga. Ketika itu sekolah membeli seperangkat alat musik gamelan yang digunakan sebagai sarana berlatih karawitan bagi siswa dan guru. Berkali-kali siswa SMP Negeri 9 Yogyakarta mengikuti lomba karawitan tingkat DIY dan menjadi juara. Demikian juga dalam bidang olah raga, khususnya Bola Volly dan Sepak Bola, dan tim SMP Negeri 9 Yogyakarta termasuk tim yang selalu diperhitungkan.

B. Perkembangan SMP Negeri 9 Yogyakarta Periode 1981-1990

Pada tahun 1980 SMP Negeri 9 Yogyakarta telah memiliki lapangan Basket meski ukuran dan kualitasnya belum memenuhi standar. Tetapi hal ini sekurang-kurangnya telah dapat menyalurkan minat para siswa terhadap olah raga Basket yang waktu itu terlihat semakin tinggi. Demikian juga di kalangan guru, kegiatan Seni Karawitan dan olah raga Bulu tangkis semakin bergairah.
Mukiman B.Sc sendiri pada tahun 1984 dipindah tugaskan menjadi Kepala SMP Negeri 4 Yogyakarta dan Kepala SMP Negeri 9 digantikan oleh Ahmad Usman yang semula sebagai Kepala SMP Negeri Condongcatur.
Pada tahun 1989 masa kepemimpinan Ahmad Usman berakhir karena yang bersangkutan memasuki masa pensiun. Tugas sebagai Kepala Sekolah kemudian digantikan oleh Drs. T. Sunarto yang sebelumnya menjabat Kepala SMP Negeri Kamijoro.

D. Perkembangan SMP Negeri 9 Yogyakarta Periode 1991-2000

Pada era kepemimpinan Drs. T. Sunarto dan Ketua BP3 Drs. H. Mukriyanto, dimulailah pembangunan gedung ruang kelas berlantai 2 di sisi timur dengan dana sistem Imbal Swadaya. BP3 membangun lantai dasar dan pemerintah melalui proyek PPM membangun ruang kelas di atasnya. Sejalan dengan program pemerintah untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan di tingkat SMP, maka SMP Negeri 9 Yogyakarta pada tahun 1992 menambah jumlah rombongan belajar manjadi 5 kelas pararel sehingga pada tahun pelajaran 1994/1995 jumlah kelas menjadi 15 (lima belas).
Pada tahun 1994 Drs. T. Sunarto memasuki masa pensiun dan jabatan Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta digantikan oleh Drs. Sumaryono yang semula menjabat Kepala SMP Negeri 2 Panggang.
Pada era kepemimpinan Drs. Sumaryono dan Ketua BP3 Drs. H. Mukriyanto, pembangunan gedung berlantai 2 di sisi Barat dengan sistem Imbal Dana terus dilanjutkan. Bahkan pada tahun 1998 SMP Negeri 9 Yogyakarta mendapat paket pembangunan ruang AVA dan ruang keterampilan.
Sementara itu prestasi akademik SMP Negeri 9 Yogyakarta juga terus meningkat sampai peringkat empat tingkat Kota Yogyakarta. Pada tahun pelajaran 1998/1999 atas desakan orangtua murid SMP Negeri 9 Yogyakarta mengusulkan penambahan jumlah rombongan belajar menjadi 6 (enam) kelas pararel, sehingga pada tahun ajaran 2000/2001 jumlah kelas menjadi 18 rombongan.

E. Perkembangan SMP Negeri 9 Yogyakarta Periode 2001-2005

Pada tahun 2000 tepatnya pada hari ulang tahun ke-40 SMP Negeri 9 Yogyakarta para alumni angkatan terdahulu mengadakan reuni akbar di SMP Negeri 9 Yogyakarta. Salah satu hasil terpenting dari reuni tersebut adalah terbentuknya Yayasan alumni yang diberi nama Yayasan Insan Kamil dengan ketua pertama H. Siswanto B.E. Nama Insan Kamil diilhami dari nama Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta yang pertama yaitu Kamil Pranowo. Pengabadian ini sekaligus untuk mengenang dan mengadopsi semangat Kamil Pranowo ketika memprakarsai berdirinya SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Yayasan Insal Kamil memang telah membuktikan baktinya. Dalam waktu yang relatif singkat yayasan alumni ini telah berkiprah dalam pengembangan fasilitas sekolah maupun dalam mempromosikan SMP Negeri 9 Yogyakarta ditengah-tengah masyarakat. Salah satu sumbangan alumni yang sangat dirasakan manfaatnya oleh SMP Negeri 9 Yogyakarta adalah bantuan seperangkat komputer untuk kantor pada tahun 2000 yang pada waktu itu baru memiliki 1 unit dan pada tahun 2002 sebanyak 20 unit komputer untuk pembelajaran siswa.
Dalam kaitan dengan akademis, prestasi SMP Negeri 9 sampai dengan tahun 2002/2003 tetap pada peringkat 3 Kota Yogyakarta dan peringkat 4 DIY., Demikian juga prestasi non akademis. Dapat mempertahankan juara umum peleton inti SMP tingkat DIY. Di samping juga juara-juara dalam bidang lain, baik tingkat kota maupun propinsi seperti lomba di bidang keagamaan, KIR, PMR, dan lain-lain. Bahkan, sejak tahun tahun 2004/2005 sekolah ini juga ditetapkan sebagai Sekolah Pendidikan Agama Islam (Pendais) Model oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi DIY. Pada tahun 2003 Drs. Sumaryono dipromosikan menjadi Pengawas dilingkungan Dinas P dan P Kota Yogyakarta dan Drs. Suparno (Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta) diangkat menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Pada awal kedatangan Drs. Suparno, sudah dihadapkan pada Akreditasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah pada bulan Januari 2005 dan SMP Negeri 9 Yogyakarta memperoleh predikat A dengan nilai 99,10 (nilai tertinggi dari seluruh SMP di DIY). Namun di tengah keriangan atas prestasi tersebut dan sekolah sedang sibuk menghadapi PSB tahun pelajaran 2005/2006, tiba-tiba Drs Suparno dipromosikan menjadi Kepala SMP Negeri 5 Yogyakarta dan jabatan Kepala SMP Negeri 9 dipercayakan kepada Suharno, S.Pd, S.Pd.T.,M.Pd. yang sebelumnya menjabat Kepala SMP Negeri 16 Yogyakarta.
Bapak Suharno, S.Pd, S.Pd.T.,M.Pd. selaku Kepala Sekolah, sedang berusaha menyusun program untuk melanjutkan program pendahulunya dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan prestasi SMP Negeri 9 Yogyakarta di berbagai bidang.
Salah satunya yang dinilai cukup penting adalah merintis kerja sama dengan UNY untuk pengembangan komputerisasi perpustakaan serta merintis pembentukan kelas bilingual. Satu hal yang telah pasti adalah bahwa sesuai SK Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 960/C3/Kp/2005 tertanggal 19 Juli 2005, SMP Negeri 9 Yogyakarta telah ditetapkan sebagai Sekolah Standard Nasional (SSN). Dengan demikian, sekolah ini telah diserahkan tanggung jawab yang lebih besar untuk mengantarkan anak-anak bangsa ini menjadi generasi yang mampu memasuki lingkungan yang kompetitif, adaftif dan responsif.
Tanggal 22 Juli 2006, SMP Negeri 9 Yogyakarta mewakili Propinsi DIY mengikuti lomba Perpustakaan tingkat Nasional, alhamdulillah mendapat juara harapan III .
Semoga saja program yang telah berjalan, akan dibuat dan akan dilaksanakan oleh SMP Negeri 9 Yogyakarta ini dapat berjalan lancar sehingga masa yang akan datang SMP Negeri 9 Yogyakarta benar-benar menjadi sekolah kebanggaan masyarakat Yogyakarta sebagai sekolah yang berkemasan lokal tetapi berkualitas nasional bahkan internasional. Ini menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai keluarga besar SMP Negeri 9 Yogyakarta.

Pada Tahun 1957, POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta hasil musyawarah di Balai Harsono Kepatihan, menjalin komunikasi dengan Pemerintah Kota Madya Yogyakarta dan dengan Pemerintah Propinsi DIY untuk meminta bantuan tanah guna pembangunan gedung filial SMP Negeri 4 Yogyakarta. Prioritas lokasi yang dicari adalah daerah di pinggiran kota, dengan pertimbangan bahwa sekolah-sekolah negeri, khususnya SMP yang telah ada ketika itu, umumnya berada di dalam kota.



Respon Pemerintah Daerah ternyata cukup baik dan menawarkan beberapa alternatif yang dapat dijadikan lokasi pembangunan gedung sekolah filial SMP Negeri 4 Yogyakarta. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya disepakati untuk memilih tanah bekas Stasiun Basen di Tinalan Kotagede. Kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian hak penggunaan atas tanah yang disepakati antara POMG SMP Negeri 4 dengan Pemerintah Daerah Propinsi DIY., yang tertuang dalam Surat Perjanjian Nomor : 2/S/Tahun 1958, tanggal 20 Februari 1958. Isi perjanjian tersebut antara lain menyebutkan bahwa tanah seluas 3.500 meter persegi disewa dengan harga Rp. 1.400,- per tahun.
Atas izin Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 1957, POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta memulai pembangunan 4 ruang kelas di SMP Negeri 4 Jalan Pogung dan dua ruang kelas di Basen Kotagede sebagai SMP Filialnya.
Pada tahun 1958, dimulailah Kegiatan Belajar Mengajar di “SMP Basen” di bawah bendera SMP Negeri 4 Yogyakarta.
Berkat usaha keras POMG SMP Negeri 4 Yogyakarta dan masyarakat umum, maka pada tahun 1960 berhasil membangun delapan ruang kelas baru, sehingga SMP Filial di Basen memiliki sepuluh ruang kelas. Pada saat itu, Kamil Pranowo sebagai Wakil Kepala SMP Negeri 4 yang diserahi tugas mengelola SMP Filial di Basen. Kamil Pranowo sendiri sangat gigih dalam berusaha mengembangkan sekolah tersebut, dengan dilandaskan pada motto “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat.”
Pada tahun 1960 ditetapkan sebagai SMP Negeri 9 Yogyakarta, karena dipandang telah dapat mandiri dan telah memenuhi syarat untuk menjadi sekolah negeri.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka tanggal 1 Agustus 1960 sekaligus sebagai awalnya dimulai tahun ajaran baru, secara resmi ditetapkan sebagai tanggal kelahiran SMP Negeri 9 Yogyakarta. Penetapan ini kemudian dikuatkan dengan terbitnya Surat Keputusan Nomor: 352 / Sk. / B / III Tanggal 25 Oktober 1960 dan Kamil Pranowo secara resmi diangkat menjadi Kepala SMP Negeri 9 Yogyakarta yang pertama.

2 komentar:

NurfanaRyan (Grand Admin) mengatakan...

PERTAMAX.......SUDAH DI AMANKAN

Adella Putri mengatakan...

SMPN9 YOGYA!!!!♥♥

Posting Komentar

search

translate to your language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
banner ads banner ads

KALENDER


ShoutMix chat widget